GIBAH DILARANG KECUALI UNTUK MELAWAN KEZALIMAN

panjimasyarakat.com

Dalam beberapa hari terkahir ini, penulis sering memperoleh pertanyaan dan mendengar ucapan orang tentang dua hal terkait puasa. Pertama, “Sudahlah, ini bulan Puasa. Nggak usah bikin kegiatan macam-macam. Kita konsentrasi saja pada ibadah, tadarus Qur’an.”

Masyaa Allah. Kata ibadah ternyata masih sering dimaknai secara sempit oleh kebanyakan orang. Seolah-olah yang termasuk ibadah itu hanya salat, puasa, zakat, haji, membaca Al- Qur’an dan beberapa jenis ibadah mahdah lainnya. Sedangkan yang di luar itu dianggap tidak termasuk ibadah. (Tentang ini lihat Peristiwa Besar Selama Ramadan : Ayo puasa, tapi jangan persempit makna ibadah, https://panjimasyarakat.com/2022/04/07/peristiwa-besar-selama-ramadan-ayo-puasa-tapi-jangan-persempit-makna-ibadah/).           

Kedua, ini bulan puasa, jangan gibah termasuk ngomongin jelek penguasa. Nah, apa jika tidak bulan puasa maka kita boleh bergibah?

Mengenai gibah, bergunjing, ngrasani atau membicarakan keburukan orang lain, sudah penulis bahas dalam satu bagian dengan lima bab pada buku Bertasawuf di Zaman Edan (Penerbit BukuRepublika, 2016).

Secara hakikat gibah tidak hanya berbentuk obrolan lisan, tapi bisa juga berbentuk tulisan atau bahkan isyarat. Dosa membahas kejelekan orang lain, baik dalam bulan Ramadhan atau pun tidak, secara umum lebih besar daripada berbuat zina sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Baihaqi dan At-Thabrani dari Jabir dan Abu Sa’id: “Berhati-hatilah engkau terhadap perbuatan gibah. Karena sesungguhnya gibah itu lebih dahsyat dari zina.” Salah seorang sahabat bertanya: “Bagaimana bisa begitu?” Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya seseorang muslim yang berzina, dia lalu bertobat dan tobatnya diterima oleh Allah. Tetapi orang yang ngrasani itu tidak dapat diampuni oleh Allah, sebelum yang dirasani itu mengampuni.”

Sahabatku, gibah itu pada dasarnya memang dilarang, kecuali menjadi satu-satunya jalan untuk mencapai tujuan yang benar dan sesuai dengan syara, misalkan memberitahukan bahwa seseorang dizalimi termasuk membicarakan penguasa yang zalim dan tidak amanah,  atau meminta fatwa dan nasehat, atau mengingatkan seseorang dari kejahatan, serta meminta pertolongan untuk mengubah kemungkaran. Meskipun demikian Allah berfirman: “Allah tidak menyukai kata-kata jahat yang diucapkan dengan terus terang, kecuali dari orang yang teraniaya. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (An-Nisa : 148). Ayat ini mengajarkan agar dalam mengkritisi atau membicarakan kezaliman, betapa kesal kita hendaklah tetap bisa mengendalikan diri untuk tidak mengumpat atau mengeluarkan kata-kata yang jahat dan kotor, sebagaimana yang lazim ada dalam umpatan.                                       

Tentang kebolehan melakukan gibah dalam rangka mengubah dan melawan kemungkaran, terdapat dalam seluruh nash yang berkenaan dengan amar ma’ruf nahi munkar seperti: “Hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104).                

Selanjutnya Rasulullah menambahkan, “Siapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah mengubah dengan tangannya. Bila tidak mampu, hendaklah dengan lisannya. Dan bila tidak mampu, hendaklah dengan hatinya, tetapi yang terakhir ini menunjukkan iman yang paling lemah.” (Hadis Muslim). Kedua perintah untuk melawan kemungkaran, termasuk kezaliman tersebut cukup gamblang. Ironisnya justru sedikit orang yang berani melawan atau mengubahnya tatkala melawan penguasa dan kekuasaan. Banyak dalih yang yang bisa mereka kemukakan, lantaran setan sang pendukung utama kezaliman pasti akan menyiapkan sejuta alasan.                           

Sebaliknya orang senang mengobral gunjingan demi menzalimi orang lain terutama yang lebih lemah. Tak segan menyalahkan orang banyak, yaitu rakyat yang lemah yang tak mungkin mendebatnya, dibanding penguasa yang hanya beberapa gelintir namun kuat. Hal ini memang bisa dimaklumi. Sebagaimana peringatan Kanjeng Nabi: “Sesungguhnya setan telah putus asa untuk ditaati kembali di Jazirah Arab, tetapi ia tidak putus asa untuk merusak hubungan antara yang satu dengan yang lain.”                 

Dalam rangka mengingatkan agar kita tidak sekedar beramar ma’ruf, tapi juga harus berani nahi munkar khususnya membela hak-hak rakyat, fakir miskin dan kaum dhuafa melawan kezaliman dalam segala bentuknya di era globalisasi itulah, maka kita perlu mempelajari keteladanan ulama-ulama tasawuf terkemuka di dunia, yang tak segan menegur keras para penguasa.                                                       

Mereka mengobarkan kebangkitan dan perlawan gigih terhadap musuh-musuh Islam, namun tetap penuh kasih sayang secara kemanusiaan, meskipun itu di tengah kancah peperangan. Mereka sangat peduli terhadap nasib dan kehidupan masyarakat, terutama dalam menghadapi penguasa dan kroni-kroninya yang zalim dan tidak amanah, sehingga mengakibatkan penderitaan rakyat banyak.

Sebagaimana Kanjeng Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya, mereka hidup di tengah masyarakatnya bersama-sama dalam suka dan duka, dan tidak menyendiri di gua-gua nan sepi, apalagi menutup mata dan telinganya dalam melihat penderitaan rakyat dan kefakiran, dengan dalih karena mengikuti jalan tasawuf. Lantaran menyadari  bahwa kefakiran itu dekat dengan kekufuran, sampai-sampai Sayidina Ali pernah bersabda, “Seandainya kemiskinan itu berupa manusia, maka akan kubunuh dia”.         

Oleh karena itu wahai Sahabatku, guna menghadapi dan menangkal berbagai godaan setan yang memang telah memperoleh mandat dan kuasa dari Allah Yang Maha Kuasa untuk menggoda kita, termasuk menggoda agar kita tak peduli terhadap kemungkaran yang ada di sekeliling kita, Kyai Mufasir dari Barubug, Ciomas, Banten, mengajarkan, kita pun harus senantiasa memohon mandat, memohon kuasa dan perlindungan dari Allah. Memohon perlindungan dari kejahatan dan bisikan setan yang biasa bersembunyi, yang membisikan kejahatan ke dalam dada manusia; setan dari golongan jin dan manusia.                      

Maka sungguh tepatlah wejangan doa Kyai Mufasir ini:                                                            

Duh Gusti, sungguh Paduka telah memberikan kuasa kepada setan untuk mengalahkan kami, setan itu melihat kelemahan-kelemahan kami dari tempat di mana kami tidak melihat dia.

Karena itu duh Gusti, putuskanlah harapan setan itu atas kami, sebagaimana telah Paduka putuskan harapannya dari rahmat Paduka.

Duh Gusti, putuskanlah harapan dia atas kami, atas hamba Paduka ini, sebagaimana telah Paduka putuskan pula harapannya untuk memperoleh ampunan Paduka.                                      

Juga jauhkanlah dia dari kami.  Jauhkanlah dia dari hamba Paduka ini, sebagaimana telah Paduka jauhkan dia dari rahmat Paduka.

Sungguh Paduka Maha Kuasa atas segala sesuatu. Amin.                                           (B.Wiwoho).

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Buku Tonggak-Tonggak Orde Baru Untuk Ketua DPD – RI.

Di Depan Forum Konstitusi, LaNyalla: Negara Harus Sejahterakan Rakyat, Bukan Perkaya Oligarki

Ketua Dewan Perwakilan Daerah – Republik Indonesia , LaNyalla M.Mattalitti, Minggu 10 April 2022 menerima satu set buku TONGGAK-TONGGAK ORDE BARU dari penulis B.Wiwoho.

JAKARTA – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menegaskan Konstitusi harus dengan tegas dan jelas berpihak kepada pemilik kedaulatan negara ini, yaitu rakyat. Karena tujuan negara ini adalah welfare state yakni negara yang menyejahterakan rakyat.

Hal itu disampaikan LaNyalla saat menghadiri undangan dialog yang digagas para tokoh pejuang konstitusi dan penjaga Pancasila, di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (10/4/2022) malam.

“Negara ini lahir untuk menyejahterakan rakyat. Tapi faktanya arah perjalanan bangsa ini kita serahkan kepada Partai Politik, dan Ekonomi Indonesia berpihak kepada segelintir orang yang berkongsi dengan kekuasaan,” kata LaNyalla.

Menurutnya, hal itu terjadi karena Amandemen Konstitusi 1999-2002 yang membuat bangsa ini meninggalkan Pancasila sebagai falsafah dan wadah yang utuh untuk bangsa.

“Tanpa bermaksud menyalahkan siapapun, tetapi saya sudah sering sampaikan bahwa Amandemen Konstitusi 1999-2002 adalah Kecelakaan Konstitusi yang kemudian menjauhkan kita dengan watak dasar dan DNA Asli bangsa ini, yaitu Pancasila,” tambahnya.

Oleh karena itu LaNyalla berterima kasih, masih ada para tokoh yang mendedikasikan diri untuk memperjuangkan eksistensi Pancasila.

“Kita tidak bisa membiarkan terus menerus Negara ini dikuasai oleh segelintir orang yang rakus untuk menumpuk kekayaan. Sementara ratusan juta rakyat tetap saja miskin dan menderita. Kita tidak bisa membiarkan Kekayaan Sumber Daya Alam dikuras oleh Oligarki yang membiayai penguasa, sehingga kekuasaan terus berpihak kepada mereka,” papar dia.

Oleh karena itu, LaNyalla menegaskan Konstitusi Indonesia harus dengan tegas dan jelas berpihak kepada rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Sebab, sistem perekonomian Indonesia disusun atas usaha bersama, dan sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat.

“Insya Allah saya akan istiqomah berada di barisan yang ingin mengembalikan Indonesia menjadi Negara Kesejahteraan yang Berkeadilan. Negara berdaulat, berdikari dan mandiri yang tidak dikendalikan oleh segelintir Oligarki. Tapi negara yang lahir untuk kesejahteraan rakyat demi terwujudnya Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” tegas dia.

Dalam kesempatan itu LaNyalla juga menyinggung tuduhan dirinya sebagai otak di balik rencana aksi mahasiswa 11 April. Tentang hal ini LaNyalla malah bersyukur.

“Sempat ramai di medsos, saya dituduh sebagai otak di belakang demo mahasiswa. Alhamdulilah, karena dari dulu sudah sering difitnah. Tapi saya yakin, kalau difitnah itu malah akan menaikkan derajat kita. Siapa tahu dengan dituduh otak demo turunkan Presiden, insya Allah nanti saya jadi Presiden,” ujarnya.

Ditegaskan juga bahwa dirinya bukan oposisi, tetapi memilih sebagai negarawan. Sebagai pihak yang mengkoreksi penyelenggaraan negara dengan keadilan. Sebab seorang negarawan harus adil sejak dalam pikiran.

“Saya berusaha menyuarakan kebenaran. Karena kita harus berpikir ke depan, mewariskan demokrasi yang baik kepada anak cucu,” katanya.

Ketua DPD RI di acara itu didampingi Staf Khusus Ketua DPD RI Sefdin Syaifudin dan Brigjen Pol Amostian, Sekjen DPD RI Rahman Hadi dan Deputi Administrasi DPD RI Lalu Niqman Zahir.

Hadir para tokoh pejuang konstitusi antara lain M Hatta Taliwang (koordinator Grup Konstitusi), Siti Zuhro (peneliti senior BRIN), Brigjen TNI (Purn) Hidayat Poernomo (Ketua Umum Gerakan Bela Negara), Mantan Dubes Indonesia untuk Polandia Hazairin Pohan, Prof Achmad Mubarok, Ichsanuddin Noorsy, Sayuti Asyathri, Ahmad Yani, M Jumhur Hidayat, Ali Hardi Kiai Demak, Bambang Wiwoho, Dr. Mulyadi, Eggy Sudjana dan beberapa tokoh serta komunitas emak-emak.

BIRO PERS, MEDIA, DAN INFORMASI LANYALLA

www.lanyallacenter.id

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Peristiwa Besar Selama Ramadan : Ayo Puasa, Tapi Jangan Persempit Makna Ibadah

panjimasyarakat.com

Beberapa hari ini kita sudah menjalani ibadah puasa bulan Ramadan. Selama bulan Puasa, tak jarang kita mendengar ungkapan “Sudahlah, ini bulan Puasa. Nggak usah bikin kegiatan macam-macam. Kita konsentrasi saja pada ibadah.” Masyaa Allah. Kata ibadah ternyata masih sering dimaknai secara sempit oleh kebanyakan orang. Seolah-olah yang termasuk ibadah itu hanya salat, puasa, zakat, haji, membaca Al- Qur’an dan beberapa jenis ibadah mahdah lainnya. Sedangkan yang di luar itu dianggap tidak termasuk ibadah.

Jika demikian halnya, lantas bagaimana dengan segala aktivitas dan kegiatan manusia lainnya, meskipun diniatkan semata-mata karena Allah Swt? Bagaimana halnya dengan Perang Badr yang luar biasa dahsyatnya itu? Bagaimana dengan Penaklukkan Mekah pada 10 Ramadan 8 Hijriyah? Kemenangan gemilang Salahuddin Al-Ayyubi dalam Perang Hattin pada musim panas bulan Ramadhan tahun 584 H atau Juli 1187 M? Serta kemenangan Pasukan Mamaluk dan para ulama sufi dalam mengalahkan Pasukan Mongol pada 25 Ramadan 658 H (3 September 1260M), yang dikenal sebagai Pertempuran Ain Jalut? Bagaimana dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945? Kelima contoh peristiwa besar tersebut justru berlangsung di bulan Ramadhan. Demikian pula sejumlah peristiwa bersejarah lainnya.

Perang Badar yang legendaris berlangsung antara pasukan Rasulullah Saw yang hanya berkekuatan 313 prajurit, dengan dukungan 70 ekor unta dan 3 ekor kuda yang dinaiki secara bergantian serta perlengkapan perang apa adanya, melawan tentara kafir Mekah berkuatan 1000 prajurit, 600 diantaranya infanteri berbaju besi, 100 orang tentara berkuda (kavaleri) serta 300 prajurit pendukung. Luar biasa niat ibadah Pasukan Rasulullah melalui jalan perang menaklukkan musuh-musuhnya. Waktu itu musim panas tengah berlangsung amat terik, sedangkan perbekalan makanan dan minuman Pasukan Muslim sangat terbatas, sehinga mereka hanya bisa sahur dan berbuka dengan beberapa teguk air dan beberapa
butir kurma saja. Akibatnya, sebelum pertempuran berlangsung, sudah ada sejumlah prajurit yang jatuh pingsan karena lapar dan haus. Namun mereka tidak menyerah. Bahkan tak mau juga membatalkan puasanya, meskipun Rasulullah telah mengijinkan dan menganjurkan.

Alhamdulillah, diawali dengan pergerakan pasukan tanggal 08 Ramadhan dari Madinah, perang dahsyat yang berlangsung di Lembah Badr, antara Madinah dan Mekah, pada tanggal 17 Ramadhan 2H itu, akhirnya dimenangkan secara telak oleh Pasukan Rasulullah. Sesungguhnyalah, secara garis besar ibadah di bagi menjadi dua macam. Pertama, ibadah yang selama ini kita kenal sebagai ibadah mahdah, ibadah yang ketentuannya pasti seperti salat, puasa, zakat dan haji. Ibadah ini juga disebut ibadah khusus. Kedua, ibadah amah atau ibadah umum yang banyak dikenal sebagai ibadah muamalah. Semua perbuatan dan semua bentuk kebaikan yang dilaksanakan dengan niat ikhlas karena Gusti Allah
tergolong dalam ibadah ini.

Begitulah, setiap orang yang mampu menjadikan semua aktivitas dirinya untuk menggapai ridho Allah Swt, berarti telah melakukan suatu amal ibadah yang besar artinya, lebih-lebih lagi jika amal salehnya itu meliputi hubungan antar sesama yang luas. Ibadah yang seperti ini disebut ibadah muamalah. Hubungan sesama yang luas ini meliputi hubungan antara hamba dengan Allah, hubungan antara manusia dengan sesama manusia serta hubungan antara manusia dengan alam dan segenap isinya.

Saudaraku yang budiman, di samping ibadah mahdah seperti halnya salat dan puasa, ternyata masih banyak lagi hal-hal yang menuntut amal perbuatan, amal saleh kita melalui ibadah muamalah. Memberantas korupsi yang dampaknya luas dan sangat luar biasa jahatnya, membasmi ketidakadilan dan kejahatan dalam kehidupan bermasyarakat – berbangsa dan bernegara, memerangi penyebab-penyebab kemiskinan, melawan perusakan alam dan lingkungan, demikian pula melawan kemunafikan dan kemungkaran, yang bukan tidak mungkin bahkan sedang bersimaharajelala di diri kita, yang justru mungkin tidak kita pahami dan sadari, adalah juga ibadah.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara misalnya, Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364H. Kemerdekaan diproklamasikan lantaran kita memiliki cita-cita luhur antara lain untuk memerdekakan, mencerdaskan, mensejahterahkan, memakmurkan serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat dan tanah tumpah darah kita.

Adakah cita cita itu sudah terwujud? Apakah justru bukan sedang berlangsung kembali penjajahan oleh Kapitalisme Global? Apakah bukan kita justru seperti apa yang dikhawatirkan oleh Proklamator Bung Karno sebagai hal yang sulit diatasi, yaitu kita sedang dijajah oleh bangsa sendiri?
Berjuang melakukan revitalisasi semangat cita-cita kemerdekaan 1945, bagi sebesar-besar kemaslahatan masyarakat luas, adalah juga ibadah yang harus terus dikobarkan dan ditegakkan kapan saja, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah melalui Perang Badar.

(Mutiara Hikmah Puasa, B.Wiwoho).

Leave a comment

Filed under Uncategorized

KAMPANYE SOSIAL PERTAMA TENTANG PAJAK

Catatan Dr.Soemarso Slamet Rahardjo tentang buku trilogi Tonggak-Tonggak Orde Baru.

Kampanye Reformasi Perpajakan tahun 1983 menggelora di hampir seluruh bumi Indonesia. Penerimaan negara dari pajak melesat jauh di atas jumlah yang diterima sebelum reformasi perpajakan. Penyelesaian tugas kampanye perpajakan nasional tersebut di tulis sebagai bagian dari buku trilogi Tonggak –Tonggak Orde Baru ini. Tulisan yang apik, runtut, jelas dan mudah dimengerti, demikian penilaian  dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis –Universitas Indonesia dan pakar akuntansi Dr.Soemarso Slamet Rahardjo.

Mantan Menteri Keuangan (juga mantan Menteri Perkebunan dan mantan Menteri Perhubungan) Frans Seda (kiri) berjabatan tangan dengan Soemarso SR didampingi anggota DPR Bomer Pasaribu dan Dr. Irzan Tanjung.

    Ia menyatakan, “Saya mulai berkenalan dengan penulis buku Tonggak-Tonggak Orde Baru, Bapak Bambang Wiwoho, pada saat diajak untuk ikut membantu dalam tugas Kampanye Undang-Undang Perpajakan yang baru dikeluarkan pada akhir tahun 1980-an. Tugas kampanye perpajakan nasional diberikan oleh Kementerian Keuangan kepada Yayasan Bina Pembangunan (YBP). Bapak Bambang Wiwoho adalah Ketua yayasan tersebut.

   Sebagai sekretaris Ikatan Akuntan Indonesia, yang pada waktu itu sedang mengerjakan Proyek Pengembangan Akuntansi, tentu saja ajakan ini sangat sesuai dengan tugas yang saya emban dalam organisasi akuntan tersebut. Oleh karena itu, ajakan tersebut saya sambut dengan gembira. Proyek pengembangan akuntansi terdiri dari pengembangan pendidikan akuntansi, pengembangan akuntansi sektor pemerintahan dan pengembangan akuntansi sektor swasta. Proyek ini dibiayai oleh World Bank.

   Undang-Undang Perpajakan yang dikeluarkan pada awal tahun 1980-an itu terdiri dari Undang-Undang tentang Ketentuan Umum Perpajakan, Undang-Undang Pajak Penghasilan, Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Undang-Undang Pajak Penjualan Barang Mewah. Keempat undang-undang tersebut merupakan pelaksanaan reformasi perpajakan pertama sejak Indonesia merdeka.

   Pada hakekatnya, kampanye perpajakan yang dilakukan merupakan kampanye sosial pertama untuk masalah perpajakan. Dalam pelaksanaannya, kampanye sosial tersebut banyak bersentuhan dengan berbagai pihak yang sangat bervariasi serta dengan berbagai metode penyampaian materi yang berbeda. Saya mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman dalam pelaksanaan tugas tersebut. Puncak dari keterlibatan saya dalam kampanye perpajakan adalah dibentuknya lembaga kajian di bidang fiskal dan moneter yang diberi nama Center for Fiscal and Monetary Studies.

Menteri Keuangan Radius Prawiro (1983 – 1988), duduk di tengah bersama para pengurus CFMS. Soemarso SR duduk di sebelah kanan Radius.

   Mas Wie (demikian saya biasa menyebut Bapak Bambang Wiwoho) telah melaksanakan tugas kampanye perpajakan yang diberikan pemerintah dengan baik. Gema fungsi pajak yang baru, yang dalam reformasi perpajakan dinyatakan sebagai: ‘perwujudan atas kewajiban kenegaraan dan partisipasi anggota masyarakat dalam memenuhi keperluan pembiayaan negara dan pembangunan nasional …’ menggelora di hampir seluruh bumi Indonesia. Penerimaan negara dari pajak melesat jauh di atas jumlah yang diterima sebelum reformasi perpajakan.

   Penyelesaian tugas kampanye perpajakan nasional tersebut oleh Mas Wie kemudian di tulis sebagai bagian dari bukunya trilogi Tonggak-Tonggak Orde Baru. Tulisan yang apik, runtut, jelas dan mudah dimengerti, “ demikian Dr.Soemarso SR.

(Dr.Soemarso Slamet Rahardjo, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis –Universitas Indonesia, pakar akuntansi anggota arbiter dari Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia yang juga menjabat  sebagai angota Dewan Komisaris dan Komite Audit pada beberapa perusahaan).

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Jack Yanda Zaihifni Ishak. Ph.D : Buku Tonggak-Tonggak Orde Baru Kaya Informasi Dari Sumber Asli.

Jack Yanda Zaihifni Ishak Ph.D (tengah depan) bersama para sahabat

Saya sangat senang diajak dan diberikan kesempatan oleh Mas Wiwoho mengikuti perkembangan penulisan buku yang terkait dengan sejarah Orde Baru, yaitu trilogi “Tonggak-Tonggak Orde Baru”, demikian sambutan  kebijakan publik Jack Yanda Zaihifni Ishak. Ph.D

   Buku ini merupakan pengalaman pribadi penulis sebagai wartawan, teman dekat orang-orang besar di zamannya  seperti Jenderal Yoga Sugama, Jenderal Ali Murtopo, Widjojo Nitisastro, Radius Prawiro, Mar’ie Muhammad, Rahman Toleng dan sejumlah nama besar lainnya.

  Penulis dalam pengamatan saya dan teman-teman dekatnya, boleh disebut juga sebagai “insider” atas berbagai kebijakan Orde Baru, sehingga kaya akan informasi dari sumber-sumber asli yang sifatnya faktual dan banyak berupa rahasia negara, akan tetapi juga membawa konsekuensi  pro-kontra atas suatu peristiwa yang ditulis.

Jack Yanda bersama Prof.K.H.Ali Yafie (duduk di kursi roda) dan para sahabat.

Buku ini, tulisnya, sangat diperlukan bagi mahasiswa, aktivis, politisi dan pembuat kebijakan untuk masa hadapan.

(Jack Yanda Zaihifni Ishak. Ph.D, pakar kebijakan publik).

Leave a comment

Filed under Uncategorized